Kamis, 26 Juni 2014

Melihat Dunia Melalui 55mm

Post ini, terutama, untuk kamu yang masih belajar mengenali lensa kit 18-55mm yang datang bersama dSLR yang baru mulai kamu gunakan. Mungkin kamu sudah banyak mendengar cerita teman-teman tentang lensa ini dan itu yang membuat kamu merasa lensa zoom yang kamu punya ini masih sangat standar. Tapi tunggu dulu, dengan eksplorasi lebih, kamu bisa mendapatkan banyak sekali pengalaman lewat satu lensa ini saja. Fotonela pernah membahasnya di artikel yang lalu. Tapi kali ini, kita akan lihat apa yang bisa didapat melalui ujung telephoto pada lensa kit-mu, yaitu pada focal length 55mm.

Para fotografer biasanya menggunakan ujung telephoto pada lensa zoom untuk keperluan semacam macro atau candid. Idealnya, ukuran 200mm bisa memberi kamu banyak keleluasaan untuk dua jenis genre fotografi tadi. Dengan 55mm dan bukaan aperture maksimal f/5.6, kamu mungkin akan memperhatikan bahwa foto-foto “macro” kamu belum menunjukkan bokeh yang sempurna, atau saat kamu ingin memotret candid kamu masih harus mendekat ke jarak yang kurang nyaman. Lalu akhirnya kamu jarang menggunakan ujung telephoto ini dan lebih sering memakai ujung lebar-nya untuk memotret landscape.
Kamu harus tahu bahwa focal length 55mm banyak gunanya. Saya sendiri lebih sering menggunakan ujung telephoto dibandingkan wide angle pada lensa kit 18-55mm. Kenapa? Karena jarak ini bisa memberi saya frame yang ketat, penuh, dan menunjukkan banyak detil. Yang paling saya suka adalah depth of field-nya yang dangkal saat saya membuka lebar aperture. Fotografer yang kreatif akan berpikir out of the box. Demikian juga saat ia menggunakan lensa telephoto. Berpikirlah diluar bunga, serangga, atau tekstur. Berpikirlah “kecil”. Mungkin kamu terbiasa melihat dunia yang maha luas melalui landscape, sesekali beralihlah ke hal-hal kecil di sekelilingmu.
Proyek 55mm kita kali ini adalah menciutkan diri dan membuat dunia baru yang serba kecil.
bajukitty2
55mm, 1/400 detik, f/5.6, ISO 100
kittymeals
Intinya tentu sama seperti saat memotret macro, tapi dengan pendekatan close-up, kita tidak merasa dituntut untuk menampilkan latar belakang yang sangat creamy dan super bokeh. Kita bisa memanfaatkan barang-barang kecil dan memperlakukannya seperti memotret objek ukuran normal, dimana area out-of-focus tidak terlalu esensial. Kamu bisa memanfaatkan action figure, mainan, pajangan, dan semacamnya. Kamu bisa memotret benda-benda ini sendiri atau menggabungkannya dengan dunia besar untuk memperkuat kesan mini dalam fotomu.
Untuk inspirasi yang luar biasa, kamu bisa lihat foto-foto dari Zev Hoover yang sempat menjadi pembiaraan beberapa waktu lalu karena ide dan keindahan hasil karyanya yang menggabungkan dua dunia menjadi satu.
craft
©Zev – fiddleoak
Selain dua dunia, Zev juga memanfaatkan dua focal length. Tele untuk benda-benda kecil, dan wide angle untuk memotret dirinya sendiri. Ini pasti memberikan pandangan baru untukmu kan? Selain itu, proyek seperti ini bisa disebut proyek nyaman yang tidak diburu waktu seperti jika kamu menunggu golden hour dan semacamnya. Kamu bisa melakukan ini di rumah dengan benda-benda di sekelilingmu sekaligus belajar memahami fotografi still life.
Jadi, jangan dulu terburu-buru mengganti lensa. Coba dulu manfaatkan apa yang kamu punya, karena kemungkinan yang bisa kamu dapat sungguh tidak terbatas. Semuanya hanya soal kreativitas.
Selamat bereksperimen :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar