Beberapa waktu lalu saya sudah menulis tentang pengenalan pada ukuran-ukuran lensa juga tips untuk yang ingin membeli lensa fixed pertama.
Sekarang, saya akan mengulas tentang panduan umum saat kamu berencana
membeli lensa. Untuk beberapa pemula, banyaknya ukuran dan merk lensa
bisa jadi membingungkan. Jadi, semoga artikel ini bisa membantu.
Kebanyakan orang akan melihat focal range (ukuran milimeter lensa)
dan fiturnya lebih dulu saat akan membeli lensa. Ini karena dua hal tadi
yang paling mendefinisikan kemampuan sebuah lensa. Kalau kamu butuh
lensa wide angle, jelas kamu tidak akan membeli lensa ukuran 300mm.
Intinya, focal range dan fitur cenderung menjadi dua hal yang digunakan
untuk mempersempit pilihan. Begitu kamu sudah punya lebih sedikit
pilihan lensa, kualitas optiknyalah yang akan menjadi penentu pilihan
akhir. Dan itu yang akan kita lihat dalam artikel ini: kualitas optik
apa yang paling penting?
Pertama, kita lihat dulu apa yang bisa ditawarkan oleh sebuah lensa.
Dalam kemampuan optik, ada setidaknya enam hal utama yang bisa digunakan
untuk membandingkan lensa:
- chromatic abberation (tumpukan warna yang muncul karena lensa gagal memusatkan cahaya)
- distorsi garis lurus (membuat gedung tinggi jadi tampak melengkung)
- vignette
- ketajaman
- bokeh
- flare
Jika dibuat lebih mudah: kebanyakan masalah vignette (bayangan hitam
di tepi frame), chromatic abberation, dan distorsi garis lurus bisa
diperbaiki saat post processing. Sekarang sudah semakin banyak juga
program RAW converter yang akan mengenali masalah ini dan
memperbaikinya.
Setelah ini, kita bisa membuat prioritas pertimbangan untuk pemilihan lensa:
- Ketajaman/sharpness lebih dulu. Kita tidak bisa memperbaiki masalah ini di post-processing, jadi harus diutamakan. Saat membandingkan beberapa lensa, perhatikan mana yang bisa memberikan ketajaman penuh jika menggunakan bukaan aperture kecil. Mulai dari tengah hingga ke pinggiran frame.
- Flare bisa menjadi masalah karena jika kamu tidak suka maka harus dihindari DAN bisa sangat sulit diperbaiki dalam post processing. Beberapa orang suka flare, jadi ini bukan hal yang perlu dikuatirkan saat memilih lensa. Lens hood bisa membantu mengatasi masalah ini dengan mudah tanpa kuatir lensa apa yang digunakan, sebenarnya.
- Bokeh. Satu hal yang bisa merusak kualitas bokeh adalah bentuk tirai aperture yang tidak simetris. Kalau kamu bisa mencoba lensanya, lihatlah bukaan aperturenya satu atau dua stop down kalau kualitas bokeh memang penting untukmu.
Aspek lain tentang lensa adalah “coloration” atau munculnya
lapisan warna tipis pada foto. Meskipun white balance sudah diatur,
beberapa jenis kaca pada merk yang berbeda cenderung memunculkan warna.
Jika diurutkan dari tone hangat (kuning) ke dingin (magenta) maka
begini: Sigma, Tamron, Nikon, Tokina.
Apakah sharpness penting untuk portrait? Ya. tapi portrait bisa jadi
sedikit tricky karena kadang kita ingin portrait dimana rambut dan mata
terlihat tajam tapi kulit tetap lembut. Tapi ini bukan soal lensa. Kamu
bisa mencoba depth of field dangkal (dengan lensa apapun) atau
memperbaikinya saat post processing.
Jadi, intinya, lensa yang kamu butuhkan adalah apa yang kamu
perlukan. Semua pertimbangan diatas bisa jadi sangat relatif tergantung
pada kebutuhan dan selera. Hal utama lainnya adalah harga, tentu. Kamu
perlu menjejerkan beberapa lensa dalam range harga yang sesuai budget
kamu, lalu carilah yang paling memenuhi semua kebutuhan kamu. Carilah
review lensa yang “hands-on” karena ini artinya si penulis sudah mencoba
lensanya dan pasti akan ada beberapa contoh foto yang bisa kamu gunakan
sebagai referensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar